Minggu, 21 April 2013

Intoleransi laktosa


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Intoleransi Laktosa merupakan suatu masalah yang mungkin penting bagi kesehatan masyarakat. Kelainan ini terdapat sangat luas di negeri yang sedang berkembang seperti di beberapa negara di Afrika, Asia dan Amerika. Angka kejadian intoleransi laktosa di Swedia diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1,5%. Di Amerika Utara perkiraan jauh lebih rendah dari 0,5%. Di Afrika angka kejadian intoleransi laktosa diperkirakan 81%, Muangthai 84% dan India 83%. Sedangkan di Indonesia angka kejadiannya juga tinggi, yaitu 86,4% pada anak yang mengalami malnutrisi energi protein, 72,2% bayi baru lahir, 51,3% anak umur 1 bulan – 2 tahun.
               Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) terdapat mukosa usus halus. Enzim tersebut bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap untuk diserap oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari faeses sehingga penderita akan mengalami diare.
Menurut the World Allergy Organization, reaksi sampingan nontoksik terhadap makanan disebut hipersensitivitas, bukan alergi. Disebut alergi makanan jika mekanismenya melibatkan reaksi imunologi, yang dapat diketahui dengan pemeriksaan IgE. Adapun intoleransi makanan, merupakan hipersensitivitas non alergi terhadap makanan. Frekuensi kejadian intoleransi laktosa pada ras Kaukasia lebih sedikit/jarang dibandingkan pada orang Asia, Afrika, Timur Tengah, dan beberapa Negara Mediterania, dan juga pada ras Aborigin Australia. Lima persen dari ras Kaukasia dan 75% dari yang bukan ras Kaukasia yang tinggal di Australia mengalami intoleransi laktosa.
            Di dalam susu dan produk susu lainnya terkandung komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula susu). Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim laktase.Berbeda dengan sebagian besar mamalia yang tidak lagi memproduksi laktase sejak masa penyapihan, pada manusia, laktase terus diproduksi sepanjang hidupnya. Tanpa laktase yang cukup manusia tidak dapat/mampu mencerna laktos sehingga akan mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut dan diare yang dikenal sebagai intoleransi laktosa atau defisiensi laktase. Bisa dikatakan hampir setiap orang pernah mengkonsumsi susu atau produk susu. Sejak dari masa bayi hingga dewasa dan usia lanjut, orang terbiasa mengkonsumsi susu atau produk susu.
            Ketika usia bayi sampai usia balita merupakan saat dimana konsumsi susu  biasanya sangat diperlukan karena nilai gizi yang dikandung susu. Namun, pemberian susu formula kepada bayi hanya dilakukan bila susu formula memang benar-benar dibutuhkan untuk mengatasi keadaan dimana bayi tidak bisa mendapatkan ASI karena berbagai sebab dan pertimbangan. Air Susu Ibu (ASI) tetap  merupakan makanan terbaik untuk bayi karena selain memberikan semua unsur gizi  yang dibutuhkan, ASI mengandung komponen yang sangat spesifik, dan telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung antibodi (zat kekebalan tubuh) yang merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Menurut WHO, 98% wanita mempunyai kemampuan fisiologis untuk menyusui, jadi hanya 2% saja yang tidak dapat menyusui dengan alasan kemampuan fisiologis.

B.     RUMUSAN MASALAH
            Masalah dibalik lactose intolerance atau intoleransi laktosa adalah kekurangan lactase –enzim yang dihasilkan oleh lapisan usus kecil. Banyak dari mereka yang memiliki kadar lactase yang rendah tidak mengalami tanda dan gejala.
             Gejala batas toleransi laktosa yang muncul akibat dari konsumsi laktosa yang terlalu banyak, produksi gas yang berlebihan (kentut terus) atau serangan diare Intoleransi laktosa juga  merupakan kekurangan enzim laktase yang dihasilkan oleh lapisan usus kecil. Banyak dari mereka yang memiliki kadar laktase yang rendah, tidak mengalami tanda dan gejala.
1.      Apa yang dimaksud dengan intoleransi laktosa dan apa penyebabnya?
2.      Bagaimana gejala intoleransi  laktosa?
3.      Apa saja faktor risiko yang membuat seseorang mengalami lactose intolerance?
4.      Metode apa yang  dapat digunakan untuk mendiagnosa intoleransi laktosa?
5.      Bagaimana peran bidan dalam menangani lactose intolerance?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui tentang pengertian  intoleransi laktosa dan penyebabnya
2.      Mengetahui bagaimana gejala intoleransi  laktosa.
3.      Mengetahui faktor risiko yang membuat seseorang mengalami lactose intolerance.
4.      Memahami metode yang  dapat digunakan untuk mendiagnosa intoleransi laktosa.
5.      Memahami  peran bidan dalam menangani lactose intolerance.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN INTOLERANSI  LAKTOSA
            Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana laktase, sebuah enzim yang diperlukan untuk mencerna laktosa, tidak diproduksi dalam masa dewasa. Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) terdapat di mukosa usus halus.Enzim tersebut bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap untuk diserap oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari feses sehingga penderita akan mengalami diare.
Menurut the World Allergy Organization, reaksi sampingan non toksik terhadap makanan disebut hipersensitivitas, bukan alergi. Disebut alergi makanan jika   mekanismenya melibatkan reaksi imunologi, yang dapat diketahui dengan pemeriksaan IgE. Adapun intoleransi makanan, merupakan hipersensitivitas non alergi terhadap makanan. Intoleransi Laktosa Primer Populasi di mana intoleransi laktosa primer adalah norma telah menunjukkan tingkat  kesehatan yang sama dengan barat (di luar masalah malnutrisi), atau kesehatan yang lebih baik Intoleransi laktosa sekunder.
Produk-produk susu merupakan sumber yang relatif baik dan mudah diakses kalsium dan kalium dan banyak mandat negara yang susu diperkaya dengan vitamin vitamin A dan D. Akibatnya, dalam masyarakat mengkonsumsi susu, susu sering menjadi sumber utama nutrisi dan, untuk lacto-vegetarian, merupakan sumber utama vitamin B12. Individu yang mengurangi atau menghilangkan konsumsi susu harus mendapatkan nutrisi di tempat lain. Namun demikian, populasi Asia untuk siapa susu bukan merupakan bagian dari budaya makanan mereka tidak hadir kesehatan menurun dan kadang-kadang hadir di atas rata-rata kesehatan, seperti di Jepang. Berdasarkan pengganti susu tanaman tidak alami kaya akan kalsium, kalium, atau vitamin A atau D (dan, seperti produk-produk non-binatang yang paling, tidak mengandung vitamin B 12). Namun, merek terkemuka sering sukarela diperkaya dengan banyak nutrisi. Peningkatan jumlah makanan yang diperkaya kalsium sarapan - seperti jus jeruk, roti, dan sereal kering - telah muncul di rak-rak supermarket.
Banyak buah-buahan dan sayuran kaya akan kalium dan vitamin A; produk hewani seperti daging dan telur kaya akan vitamin B 12, dan tubuh manusia itu sendiri menghasilkan beberapa vitamin D dari paparan sinar matahari langsung. Akhirnya, seorang ahli diet atau dokter mungkin merekomendasikan suplemen vitamin atau mineral untuk menebus setiap kekurangan gizi yang tersisa. Produk susu Laktosa-reduced memiliki kandungan gizi yang sama seperti rekan-rekan mereka penuh laktosa, tapi rasa dan penampilan mereka mungkin berbeda sedikit.
Kebanyakan bayi dengan Gastroenteritis karena rotavirus tidak mengembangkan intoleransi laktosa, sehingga bayi ini tidak mendapat manfaat dari yang diletakkan pada diet bebas laktosa kecuali gejala-gejala intoleransi laktosa yang berat dan persisten.

B.     PENYEBAB INTOLERANSI LAKTOSA
      Lactose intolerance disebabkan oleh rendahnya kadar enzim lactase pada usus kecil yang menyebabkan tanda dan gejala. Normalnya sel pada lapisan usus kecil menghasilkan enzim yang disebut lactase. Enzim lactase melampirkan molekul lactase pada makanan yang anda makan dan memecahnya menjadi dua jenis gula –glukosa dan galactose- yang dapat diserap di dalam aliran darah. Tanpa cukup enzim lactase, banyak lactose pada makanan tidak terproses di dalam usus besar, dimana bakteri pencerna berinteraksi terhadapnya. Hal inilah yang menyebabkan perut kembung dan diare.
Ada tiga jenis lactose intolerance:
  •    Lactose intolerance primer yang terjadi karena usia. Normalnya lactase dalam jumlah besar akan dihasilkan pada bayi yang baru lahir dan awal masa kanak-kanak saat susu adalah sumber utama makanan. Kondisi lactose intolerance ini biasanya karena produksi lactase yang menurun seiring dengan makanan yang lebih bervariasi dan terjadi secara bertahap. 
  •   Lactose intolerance sekunder yang terjadi karena penyakit atau cedera. Hal ini terjadi saat usus kecil mengalami penurunan produksi lactase setelah mengalami penyakit, operasi atau cedera. Hal ini dapat terjadi akibat penyakit pencernaan, seperti penyakit celiac, gastroenteritis dan peradangan usus seperti Crohn’s disease.
  • Congenital lactose intolerance karena kondisi pada saat dilahirkan. Hal ini mungkin terjadi pada bayi yang lahir dengan lactase yang tidak aktif, akan tetapi kondisi ini sanga langka. Bayi yang memiliki kondisi ini tidak dapat mencerna air susu ibu dan mengalami diare. Formula bebas lactose dibutuhkan oleh bayi dengan kondisi ini.
Intoleransi laktosa sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik, dimana penderita mempunyai enzim laktase lebih sedikit dibanding orang normal. Intoleransi laktosa juga bisa karena penurunan atau tidak adanya aktivitas laktase yang mencegah pemecahan laktosa (defisiensi laktase). Defisiensi laktase dapat terjadi karena 3 hal yaitu:
·         Bawaan Sejak Lahir
Intoleransi laktosa karena bawaan sejak lahir. Ini sangat jarang terjadi. Apabila ini terjadi pada bayi, maka bayi harus betul-betul diberi 
makanan pengganti yang bebas laktosa.

·         Efek Penyakit Lain
Penyebab lain defisiensi laktase adalah defisiensi laktase sekunder. Jenis defisiensi ini disebabkan penyakit yang merusak lapisan usus kecil bersama dengan laktase. Contohnya adalah penyakit sariawan celiac.

·         Faktor Usia
Penyebab paling umum defisiensi laktase adalah penurunan jumlah laktase yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan berlanjut ke masa dewasa, disebut sebagai jenis hypolactasia dewasa, dan hal ini terjadi secara genetis.
Beberapa faktor lain penyebab intoleransi laktosa antara lain:
  •   Gastroenteritis, dapat menyebabkan terjadinya penguraian enzim laktase yang dapat berlangsung sampai beberapa minggu 
  •   Infeksi parasit, dapat menyebabkan pengurangan jumlah laktase sementara waktu. 
  •  Defisiensi besi, rendahnya asupan besi dapat mengganggu pencernaan dan penyerapan laktosa


C.    GEJALA INTOLERANSI  LAKTOSA

Gejala Orang yang mengalami intoleransi laktosa biasanya mempunyai batas toleransi untuk mengkonsumsi laktosa, yang jika mereka mengkonsumsi dalam batas ini maka mereka akan mengalami gejala yang minimal. Beberapa gejala intoleransi laktosa  antara lain sakit perut, perut kembung dan  diare.Kadang-kadang gejala intoleransi laktosa sering disalah artikan sebagai gejala dari irritable bowel syndrome  (IBS), padahal penderita IBS bukanlah penderita intoleransi laktosa. Penderita IBS cenderung mengalami kesulitan dalam mentoleransi lemak.
Penyebab intoleransi laktosa sebagian besar disebabkan oleh factor genetik,  dimana penderita mempunyai laktase lebih sedikit dibanding orang normal . Untuk menguji batas toleransi laktosa dapat dilakukan tes pernafasan hidrogen (hydrogen breath test) atau tes keasaman kotoran (stool acidity test) agar didapatkan diagnosis klinis. Orang yang menderita batas toleransi laktosa dapat mengkonsumsi produk-produk bebas-laktosa, misalnya susu kedelai, susu almond dan susu beras. Batas toleransi laktosa tidak sama dengan alergi susu, yang merupakan reaksi tubuh terhadap protein susu.
Beberapa faktor lain penyebab intoleransi laktosa anatara lain
  •   Gastroenteritis, dapat menyebabkan terjadinya penguraian enzim lactase yang dapat    berlangsung sampai beberapa minggu 
  •   Infeksi parasit , dapat menyebabkan pengurangan jumlah laktase sementara waktu. 
  •  Defisiensi besi, rendahnya asupan besi dapat mengganggu pencernaan danpenyerapan laktosa.

Gejala Intoleransi Laktosa
Adapaun gejala yang dapat ditemui diantaranya adalah:
1. Keram perut
2. Mencret
3. Kembung
4. Mual
5. Kentut dan sendawa terus menerus

D.    FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang membuat anda atau anak-anak mengalami lactose intolerance antara lain:
• Pertambahan usia
• Kelahiran prematur
• Penyakit yang mempengaruhi usus kecil
• Radiasi pada daerah perut

E.     METODE DIAGNOSIS
Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosa intoleransi laktosa, antara lain:

  1. Hydrogenbreath test
Merupakan pengujian terhadap jumlah gas hidrogen yang ditiupkan keluar melalui pernafasan. Laktosa, yang seharusnya dicerna oleh laktase, mengalami fermentasi oleh bakteri di saluran pencernaan, sehingga akan menyebabkan produksi gas hidrogen lebih banyak dari keadaan normal.

2.  Elimination diet
  Merupakan diagnosa dengan cara meniadakan konsumsi makanan yang mengandung laktosa untuk melihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika makanan yang mengandung laktosa diberikan lagi, hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa.

F.     PENANGANAN
Banyak orang yang mengalami intoleransi laktosa mengatasinya dengan pembatasan konsumsi laktosa, seperti hanya minum segelas susu. Bagi mereka yang mengalami intoleransi laktosa, beberapa anjuran berikut ini mungkin dapat membantu:

  •  Bacalabel pangan dengan seksama
Bagi penderita intoleransi laktosa agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, penting untuk membaca label pangan dengan seksama pada bagian daftar bahan pangan (i n g r e d i e n t ) . Produk pangan perlu dihindari/dibatasi jumlah yang dikonsumsi, jika mengandung bahan-bahan seperti berikut ini misalnya padatan susu, padatan susu bebas lemak, whey, gula susu.
Ø  Mengkonsumsi produk susu fermentasi seperti keju matang (mature atau ripened cheeses), mentega atau yoghurt, karena umumnya jenis makanan ini ditoleransi lebih baik dibanding susu.
Ø   Minum susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak dapat memperlambat transportasi susu dalam saluran perncernaan sehingga dapat menyediakan waktu yang cukup untuk enzim laktase memecah gula susu.
Ø   Hindari mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak oleh karena susu lebih cepat ditransportasi dalam usus besar dan cenderung menimbulkan gejala pada penderita intoleransi laktosa. Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.
Ø   Jangan menghindari semua produk susu oleh karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat dibutuhkan tubuh.
Ø  Mengkonsumsi susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu bebas laktosa).
Ø   Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Banyak penderita intoleransi laktosa dapat meminum 240 ml susu per hari, tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa besar tingkatan toleransi tubuh sendiri terhadap laktosa. Banyak penderita toleran terhadap sejumlah laktosa yang terdapat dalam setengah cangkir susu full cream, tiga perempat cangkir es krim, tiga perempat cangkir yoghurt, tiga perempat cangkir keju mentah (unripened cheeses).
Ø  Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan (seperti susu bubuk), karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik.
Ø  Konsumsi produk kedelai karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber kalsium yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.

             Bagi yang memiliki intoleransi laktosa, sebaiknya juga menghindari makanan-makanan yang mengandung laktosa tersembunyi (hidden lactose) antara lain biskuit dan kue (yang mengandung susu atau padatan susu), sereal olahan, saus keju, sop krim, puding, coklat susu, pancakes dan pikelets, scrambled eggs, roti dan margarin (mengandung susu).

G.    PERAN BIDAN
§  Memberikan Penanganan secara maksimal kepada pasien yang menderita Intoleransi Laktosa.
§  Menjelaskan kepada pasien yang memiliki bayi atau balita, agar tidak memberikan susu Formula yang berlebihan.




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim pencernaan yang terdapat dalam usus halus.
  • Intoleransi laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa, yang disebabkan oleh kekurangan enzim laktase. 
  •  Gejala-gejala intoleransi laktosa meliputi antara lain: perut kembung (banyak gas), sakit perut dan diare. 
  •   Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat intoleransi laktosa, dapat dilakukan berbagai hal seperti membaca label pangan dengan seksama, pembatasan jumlah susu yang dikonsumsi dan pemilihan produk-produk susu.

B.     SARAN
1.      Bagi Bidan
a.       Bidan harus lebih intensif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang Intoleransi Laktosa.
b.      Mengoptimalkan pelayanan kesehatan agar tidak terjadi Intoleransi Laktosa.





DAFTAR PUSTAKA

Australian society of clinical immunology and allergy (ASCIA)
WHO, INFOSAN Information Note No. 3/2006 – Food Allergies


Tidak ada komentar:

Posting Komentar