BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia angka kematian maternal
dan perinatal masih cukup tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan di Indonesia. Asuhan bersalin Normal (APN ) diperlukan dalam periode
ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada
masa nifas 24 jam pertama.
Mortalitas dan mordibitas pada
wanita bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Kematian saat
melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak
produktifitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ribu ibu
pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Pada saat ini angka kematian
ibu dan angka kematian perinatal masih sangat tinggi. Menurut survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia ( 2005 ) angka kematian kematian perinatal adalah 307
/10.000 kelahiran hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERSALINAN
Definisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup ke dunia
luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir.Persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu,
persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan ( setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan)
II.
Sebab-sebab mulainya persalinan.
1.
Penurunan kadar progesterone pada akhir kehamilan Peningkatan kadar oxytosin
pada akhir kehamilan Keregangan otot-otot uterus Penekanan pada pleksus
ganglion daerah belakang serviks oleh bagian terbawah janin Prostaglandin yang
dihasilkan oleh desidua disangka menjadi salah satu penyebab dimulainya
persalinan.
III. Faktor–Faktor yang mempengaruhi persalinan Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang hatus diperhatikan, yaitu:
a.Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma. Ada dua power yang bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena otot – otot polos bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat kontraksi, otot –otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Sedangkan tenaga mengejan ibu adalah tenaga selain HIS yang membantu pengeluaran.
b.Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin. Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan. Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan letak longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa yang paling bawah.
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma. Ada dua power yang bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena otot – otot polos bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat kontraksi, otot –otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Sedangkan tenaga mengejan ibu adalah tenaga selain HIS yang membantu pengeluaran.
b.Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin. Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan. Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan letak longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa yang paling bawah.
c. Passage
Merupakan faktor jalan lahir.
IV. Tahap-Tahap dalam Persalinan
1. Kala I
1. Kala I
Kala satu
persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai dengan perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan
lengkap ( 10 cm).
Hal ini sering dikatakan sebagai
tahap pembukaan serviks
Fase Laten dimulai sejak pemukaan awal sampai dengan 4 cm biasanya fase ini berlangsung kurang dari 8 jam. Sedangkan fase aktif persalinan berlangsung ketika pembukaan 4 sampai dengan lengkap. Dalam proses ini terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Fase Laten dimulai sejak pemukaan awal sampai dengan 4 cm biasanya fase ini berlangsung kurang dari 8 jam. Sedangkan fase aktif persalinan berlangsung ketika pembukaan 4 sampai dengan lengkap. Dalam proses ini terjadi penurunan bagian terbawah janin.
1.1. Penanganan
Yang harus dilakukan bidan pada fase
ini adalah memberi perhatian lebih kepada ibu, jika tampak ibu merasa kesakitan
maka bidan harus dapat menghiburnya, baik itu dengan mengalihkan perhatiannya
maupun dengan memberi support kepada ibu tentang bayi yang dikandungnya untuk
pertama kali akan ia lahirkan. Makan dan minum tidak boleh dibatasi, hal ini
agar ibu memiliki cadangan energi yang mencukupi saat harus mengejan di kala II
persalinan. Lakukan semua tindakan dengan tetap menjaga privasi klien, agar
klien merasa dihormati selayaknya manusia. Pada saat HIS berkurang, dapat
ditawarkan berbagai posisi melahirkan kala II yang akan dirasa cukup memberinya
rasa nyaman. Persilahkan ibu untuk memilih yang sesuai dengan keadaannya serta
berikan konseling tentang kelebihan dan kekurangan berbagai metode tersebut.
2. Kala II
Kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak
di vulva dengan diameter 5-6 cm.
2.1. Penanganan
Yang harus dilakukan bidan dalam
fase ini adalah memberikan dukungan secara terus menerus kepada ibu tanpa
melupakan kebersihan diri yang harus terus dijaga bidan untuk menghindari diri
dari infeksi. Dan perlu diingat bahwa episiotomi bukanlah prosdur rutin yang
harus dilakukan oleh bidan dalam menolong persalinan. Episiotomi hanya
dilakukan bila memang ada indikasi kuat untuk dilakukan episiotomi.
2.2. Kemajuan dalam Persalinan Kala
II
Saat bidan yakin pembukaan telah
lengkap ( didapat dari pemeriksaan dalam dan mengamati gejala – gejala kala dua
yang tampak ), mintalah ibu untuk mengejan pada saat merasakan HIS.
* Letakkan tangan kiri ( atau tangan
yang tidak dominant di kepala bayi, untuk menjaga agar kepala bayi tidak keluar
terlalu cepat
* Letakkan tangan kanan ( tangan dominant ) pada bagian perineum untuk menjaga agar perineum tidak robek. Saat kepala bayi sudah tampak di luar secara kesekuruhan, usap muka bayi menggunakan kain bersih yang kering.
* Letakkan tangan kanan ( tangan dominant ) pada bagian perineum untuk menjaga agar perineum tidak robek. Saat kepala bayi sudah tampak di luar secara kesekuruhan, usap muka bayi menggunakan kain bersih yang kering.
* Lakukan sangga susur yaitu tangan
kanan menahan berat tubuh bayi, sedangkan tanagn kiri melakukan penyusuran
disekitar leher, kemudian punggung sampai ke kedua kaki, kemudian jepit kedua
kaki menggunakan jari telunjuk, tengah dan manis. Dilakukan sangga susur untuk
mendeteksi jika terjadi pengikatan tali pusat pada daerah leher bayi.
* Letakkan bayi yang baru lahir diperut ibunya, sambil dibersihkan tubuh bayi dari sisa air ketuban yang masih menempel pada tubuhnya.
* Sebagian besar bayi, mulai bernafas pada waktu kurang dari 30 detik, jika bayi tidak dapat bernafas normal, maka segera lakukan resusitasi.
* Klem tali pusat, jepit tali pusat menggunakan penjepit tali pusat. Kemudian potong tali pusat dengan memperhatikan keselamatan kulit bayi dari goresan gunting.
* Letakkan bayi yang baru lahir diperut ibunya, sambil dibersihkan tubuh bayi dari sisa air ketuban yang masih menempel pada tubuhnya.
* Sebagian besar bayi, mulai bernafas pada waktu kurang dari 30 detik, jika bayi tidak dapat bernafas normal, maka segera lakukan resusitasi.
* Klem tali pusat, jepit tali pusat menggunakan penjepit tali pusat. Kemudian potong tali pusat dengan memperhatikan keselamatan kulit bayi dari goresan gunting.
3. Kala III
3.1. Managemen Aktif Kala III
Penatalaksanaan aktif pada ala III (
Pengeluaran aktif plasenta) membantu menghindari terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penatalaksanaan aktifkala III meliputi: Pemberian oksitosin dengan segeraPengendalian
tarikan pada tali pusat,Pemijitan uterus segera setelah plasenta lahir
3.2.Penanganan
Palpasi uterus apakah ditemukan janin kedua atau tidak.
Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta. Lakukan inisiasi dini untuk melatih rooting bayi serta mempercepat proses involusi uteri.
Bidan melakukan PTT ( Penegangan tali pusat terkendali).
Palpasi uterus apakah ditemukan janin kedua atau tidak.
Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta. Lakukan inisiasi dini untuk melatih rooting bayi serta mempercepat proses involusi uteri.
Bidan melakukan PTT ( Penegangan tali pusat terkendali).
Menjaga ketegangan dan untuk
mengetahui sedini mungkin bila plasenta telah lepas dari tempat perlekatan. Jika
tali pusat bertambah panjang, maka berarti plasenta sudah terlepas dan siap
untuk dilahirkan.
Plasenta dilahirkan sesuai dengan anatomi jalan lahir, yaitu kebawah dahulu, kemudian keatas. Setelah plasenta tampak divulva, tangkap dengan dua tangan, putar searah dengan jarum jam untuk menghindari robeknya selaput plasenta. Masase uterus dengan cara memutarnya searah, agar kontraksi berjalan dengan baik. Jika terjadi perdarahan hebat atau atonia uteri maka lakukann sesuai dengan protap yang ada.
Plasenta dilahirkan sesuai dengan anatomi jalan lahir, yaitu kebawah dahulu, kemudian keatas. Setelah plasenta tampak divulva, tangkap dengan dua tangan, putar searah dengan jarum jam untuk menghindari robeknya selaput plasenta. Masase uterus dengan cara memutarnya searah, agar kontraksi berjalan dengan baik. Jika terjadi perdarahan hebat atau atonia uteri maka lakukann sesuai dengan protap yang ada.
4. Kala IV
Kala II adalah o menit sampai 2 jam
setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini merupakan masa kritis bagi ibu,
karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu
keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus memantau
keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.
4.1 Penanganan
Periksa apakah ada laserasi akibat
persalinan atau tidak. Jika ada maka segera lakukan penjahitan sesuai dengan
derajat laserasi. Periksa fundus setiap 15 menit pada satu jam pertama, dan
setiap 20-30 menit pada satu jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan
massase uterus, namun jika ada selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini
akan menyebabkan pembuluh darah terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan
perlahan –lahan terhenti. Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih
setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu untuk makan minum yang disukai. Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian bersih, dan kenakan ibu tella. Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan membantu uterus berkontraksi.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu untuk makan minum yang disukai. Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian bersih, dan kenakan ibu tella. Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan membantu uterus berkontraksi.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebidanan
di Indonesia sebagai suatu profesi yang sedang dalam proses memperjuangkan
penerimaan profesi yang madiri oleh masyarakat membutuhkan upaya aktualisasi
dalam meberikan pelayanan profesional. Semua ini dapat dicapai bila bidan mampu
menunjukkan kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang didasari oleh ilmu yang jelas, serta mendokumentasikan semua hasil kerja
yang dilaksanakan secara baik dan benar. Akhirnya dokumentasi dapat
meningkatkan kesinambungan perawatan pasien, dan menguatkan akuntabilitas dan
tanggung jawab bidan dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi pelayanan yang
diberikan serta membantu institusi untuk memenuhi syarat akreditasi dan hokum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar