BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini,
banyak sekali perubahan baik ilmu pengetahuan, teknologi maupun perubahan pola
pikir masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme
pemberian pelayanan kesehatan semakin meningkat. Kebidanan sebagai profesi dan
bidan sebagai tenaga profesional juga dituntut untuk bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan kebidananan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki
secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga bidan sebagai salah satu
tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan
kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa bidan merupakan “back bone” untuk
mencapai target-target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan
karena bidan merupakan tenaga kesehatan yang melayani pasien selama 24 jam
secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan
dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan membantu memberikan
informasi tentang kesehatan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya
:
1. Mengetahui tentang obstruksi
bilirius
2. Mengetahui penyebab obstruksi
bilirius
3. Mengetahui tanda dan gejala
obstruksi bilirius
C. Metode Penulisan
Dalam
penyusuanan makalah ini, penulis menggunakan metode penulisan studi pustaka dan browsing. Haln ini dikarenakan
memudahkan penulis dalam penyususnan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obtruksi Biliaris
Obstruksi
Biliaris adalah suatu kelainan bawaan dimana terjadi penyumbatan pada saluran
empedu sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk
dikeluarkan dalam feses atau obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran
kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis.Obstruksi
biliaris yaitu timbunan kristal didalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu.Obstruksi
billiaris adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut.
B. Patofisiologi
Sumbatan
saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor,
atau penyempitan karena trauma(iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis
sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreatitis,
tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di
daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar
menimbulkan gangguan aliran empedu.Beberapa
keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista
koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur
sfingter papila vater.Kurangnya
bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya
dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan
dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan
dengan akumulasi asam empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid
endogen.Penyebab obstruksi biliaris adalah
tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus
untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses.
Kemungkinan penyebab saluran empedu tersumbat meliputi:
1.
Kista dari saluran empedu
2.
Lymp node Diperbesar dalam porta hepatis
3.
Batu empedu
4.
Peradangan dari saluran-saluran empedu
5.
Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu
6.
Tumor dari saluran-saluran empedu atau pankreas
7. tumor yang
telah menyebar ke sistem empedu
B. Gejala Obtruksi Biliaris
Adapun gejala-gejala dari obstruksi biliaris diantaranya
yaitu:
1. Gambaran klinis gejala mulai
terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
2. Perut agak membuncit
3. Muntah setelah beberapa jam
dilahirkan
4.
Kemudian feses bayi berwarna putih
agak keabu-abuan dan liat seperti dempul
5. Urine menjadi lebih tua karena
mengandung urobilinogen
6. Perut sakit di sisi kanan
atas
7. Demam
Apabila terjadi obstruksi biliaris, empedu yang terbendung
dapat mengalami infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan
empedu dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam
lemak (misalnya beberapa jenis vitamin).
Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan
oleh batu empedu. Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus.
Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan
meradang (kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat belanjut menjadi abses
hepar.
Obstuksi biliaris yang berulang menimbulkan fibrosis traktus
portal dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris
sekunder.
C. ETIOLOGI
Obstruksi
biliaris ini disebabkan oleh
:
1. Batu
empedu
2.
Karsinoma duktus biliaris
3.
Karsinoma kaput pankreas
4. Radang
duktus biliaris komunis
5. Ligasi
yang tidak disengaja pada duktus komunis
6. Kista
dari saluran empedu
7. Limfe
node diperbesar dalam porta hepatis
8. Tumor
yang menyebar ke sistem empedu
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan,
meliputi :
1. Penyakit
duktus biliaris intrahepatik :
a. Atresia
biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu
tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
b. Sirosis
biliaris primer
Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi
infiltrasi limfosit yang padat dan sering timbul granuloma.
c Kolangitis
sklerosing
Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar
dibandingkan dengan obat-obatan short-acting. (Sarjadi,2000)
2. Obstruksi
biliaris akut
Obtruksi
biliaris akut duktus biliaris umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara
klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering
terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan
timbul demam. Kolangitis dapat berlanjut menjadi abses hepar. Obstruksi
biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi
noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder.
E. Diagnosa Obtruksi Biliaris
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik, adanya tanda ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan
dibawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar kadang juga
disertai limfa yang membesar.
Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging:
- Pemeriksaan darah (terdapat
peningkatan kadar bilirubin) dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya
terdapat peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan
albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor pembekuan darah.
- Rontgen perut (tampak hati membesar)
- Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
yaitu dengan memasukkan cairan tertentu kejaringan empedu untuk mengetahui
kondisi saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan
visualisasi langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan
operasi kasai.
- Breath test dilakukan untuk mengukur
kemampuan hati dalam mematabolisir sejumlah obat. Obat-obat tersebut
ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena
(melalui pembuluh darah)
- .Banyaknya radioaktivitas dalam
pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
- USG menggunakan gelombang suara
untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Pemeriksaan ini
bagus untuk mengetahui kelainan structural seperti tumor. USG merupakan
pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan gambaran
dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah bisa
mengetahui adanya batu empedu didalam kandung empedu. USG dengan mudah
membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan
saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi sel hati.
USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh
darah dihati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat memasukkan
jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.
- Imaging radionuklida (radioisotop)
menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam
tubuh dan diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera
sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah komputer.
- Skening hati merupakan penggambaran
radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel
hati.
- Koleskintigrafi menggunakan zat
radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu. Pemeriksaan ini
digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
- CT
scan bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk
mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difusi (tersebar),
seperti perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara
abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan
biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.
- MRI
memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih
mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring
dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia
(takut akan tempat sempit).
- Kolangiopankreatografi
endoskopik retrograd merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi
dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke
saluran empedu. Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu
dan diambil foto rontgen dari saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan
peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita
- Kolangiografi
transhepatik perkutaneus menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui
kulit kedalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari
saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen
secara jelas menunjukkan saluran empedu, terutama penyumbatan didalam hati.
- Kolangiografi
operatif yaitu menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen.
Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam
saluran empedu. Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran
empedu.
- Foto
rontgen sederhana sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
- Pemeriksaan
Biopsi hati yaitu untuk melihat struktur organ hati apakah terdapat sirosis
hati atau komplikasi lainnya. Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi
berumur 2 bulan.
- Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi
berumur 2 bulan).
F. Pencegahan Obtruksi Biliaris
Dapat mengetahui setiap faktor resiko yang dimiliki,
sehingga bisa mendapatkan promotif diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu
tersumbat. maka penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah.
Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan
pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi
biliaris (penyumbatan saluran empedu) seperti harus terpenuhinya nutrisi selama
hamil seperti asam folat, vitamin B kompleks dan protein dengan keadaan fisik
yang menunjukan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap
(pekat).
G. Komplikasi
1. Demam
2. Nafsu makan berkurang
3. Sulit buang air besar
4.
Hiperbilirubiurea
5.Sepsis
H. Penatalaksanaan Obtruksi Biliaris
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien
dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau
mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan pembedahan
misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk
menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater atau
dengan laparoskopi.
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk
menghilangkan penyebab sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar
empedu yang terhambat dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh
misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus
koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat
pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa
kelesisto-jejunostomi, koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau
hepatiko-jejunustomi.
1. Asuhan Kebidanan
a. Pertahanan kesehatan bayi dengan
pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, pencegahan hipotermia, pencegahan
infeksi dan lain-lain.
b. Lakukan konseling pada orang tua
agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning biasa
tetapi disebabakan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu.
c. Lakukan inform consent dan inform choice
untuk dilakukan rujukan.
2. Penatalaksanaan
medisnya ialah dengan operasi elektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obstruksi biliaris terdapat
diantara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat
mengalirnya empedu yang diproduksi hati menuju usus. Penyebab obstruksi
biliaris sendiri belum diketahui secara pasti, gejala dan tandanya ikterus,
muntah dan perut membuncit serta penanganannya operasi elektif serta memberikan
konseling pada orang tua.
B. SARAN
Dalam makalah ini tidak menutup
kemungkinan masih terdapat banyak kekurangan baik menyangkut isi maupun
penulisan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya dan kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya dalam menambah wawasan
pengetahuan tentang kelainan- kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir.
Bidan dapat
memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap
faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan
keadaan fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine
berwarna gelap (pekat).
Bidan segera melakukan
rujukan cepat untuk menghindari
komplikasi.